BioAvtur Produksi Kilang Pertamina Mengangkasa, Bukti Nyata Transisi Energi Hijau Indonesia

PertaminaSAF diproduksi di Kilang Cilacap, salah satu unit operasi KPI. Produk ini telah melalui uji laboratorium internal maupun eksternal di Lemigas dan dinyatakan memenuhi standar internasional ASTM D1655 dan DefStan 91-091.

Produksi Kilang Cilacap

Jakarta, bincang.id – Industri penerbangan nasional mencatat sejarah baru dalam upaya menuju energi hijau dan berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan penerbangan perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, BioAvtur berbahan baku minyak jelantah produksi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Penerbangan komersial ini dilakukan oleh maskapai Pelita Air dengan rute Jakarta–Denpasar pada 20 Agustus, setelah prosesi Special Flight Pertamina Sustainable Aviation Fuel (PertaminaSAF).

Bahan bakar yang digunakan dalam penerbangan tersebut diolah dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah. Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menegaskan bahwa penerbangan ini bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan simbol nyata transisi energi di tanah air.

“PertaminaSAF adalah sebuah langkah besar dalam dunia aviasi di Indonesia. Penerbangan spesial ini sekaligus menjadi bukti kalau KPI bisa menjadi pelopor energi hijau di Indonesia. Produk ini membuktikan bahwa kita memiliki kapabilitas dalam memproduksi produk bahan bakar pesawat masa depan,” ujar Taufik (20/8).

PertaminaSAF diproduksi di Kilang Cilacap, salah satu unit operasi KPI. Produk ini telah melalui uji laboratorium internal maupun eksternal di Lemigas dan dinyatakan memenuhi standar internasional ASTM D1655 dan DefStan 91-091.

“Ke depan, PertaminaSAF juga akan diujicobakan untuk diproduksi di Kilang Dumai dan Kilang Balongan,” tambahnya.

Dengan teknologi co-processing menggunakan Katalis Merah Putih buatan anak bangsa, PertaminaSAF dinilai lebih ramah lingkungan karena mampu menurunkan emisi karbon hingga 81% lebih rendah dibanding avtur fosil.

“PertaminaSAF adalah bioavtur sustainable pertama yang memiliki sertifikat internasional sustainability ISCC CORSIA berbahan baku campuran UCO atau minyak jelantah yang diproduksi di Indonesia,” jelas Taufik.

Selain ramah lingkungan, kualitas PertaminaSAF juga unggul dalam aspek teknis. Taufik menjelaskan bahwa titik beku (freezing point) bahan bakar ini lebih rendah dari standar internasional.

“PertaminaSAF tidak akan membeku di kondisi ekstrem, sehingga aman digunakan selama penerbangan. Aspek keselamatan yang sesuai bahkan melebihi standar internasional menjadikan produk ini memiliki nilai tambah yang semakin tinggi,” ujarnya.

Produksi dan penggunaan PertaminaSAF melibatkan ekosistem Pertamina yang terdiri dari tiga perusahaan: KPI sebagai pengembang teknologi dan produsen, Pertamina Patra Niaga yang menyiapkan pasokan UCO sekaligus memasarkan produk, serta Pelita Air Services sebagai pengguna dalam penerbangan.

“KPI dengan produk PertaminaSAF siap menjadi bagian dari dunia penerbangan masa depan. Inovasi ini akan menjadi keunggulan KPI dan kami optimis PertaminaSAF segera digunakan secara luas,” tutup Taufik

Artikel ini ditulis oleh:
Jimmy Julian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *