Oleh: Prof. Herman Agustiawan, Ph.D
Pakar Ketahanan Energi
Anggota Dewan Energi Nasional 2009-2014
Pendiri Prodi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan (UNHAN)
Indonesia sering disebut sebagai negara dengan sumber daya energi (SDE) yang melimpah. Namun, benarkah sebutan tersebut? Jika ditinjau dari keragaman jenis SDE-nya, memang benar bahwa Indonesia memiliki hampir semua jenis SDE, baik yang tidak terbarukan (fosil) maupun yang baru dan terbarukan (EBT). Namun, hanya sebagian kecil dari sumber daya tersebut yang termanfaatkan untuk rakyat.
Dengan keberagaman sumber daya energi yang dimiliki, pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah Indonesia sudah mandiri energi?” Untuk menjawabnya, mari samakan persepsi terkait istilah-istilah penting sesuai dengan UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi:
- Sumber Daya Alam (SDA): Segala sesuatu yang berasal dari alam dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan, seperti hutan, air, lahan, tambang, dan mineral.
- Sumber Daya Energi (SDE): SDA yang dimanfaatkan sebagai sumber energi atau energi itu sendiri.
- Sumber Energi: Segala sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik langsung maupun melalui proses konversi.
Untuk menjadi energi yang siap digunakan (energi final), SDE harus diproduksi, diangkut, dan dikonversi terlebih dahulu. Kemandirian energi kemudian dilihat dari ketersediaan minyak, gas, dan listrik, yang sering menjadi kebutuhan utama.
Minyak: Masa Kejayaan hingga Tantangan Modern
Pada masa Orde Baru, Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Selain itu, Indonesia juga pernah menjadi negara pengekspor minyak mentah dan menjadi anggota OPEC pada tahun 1962. Pada era 1970-an dan 1980-an, produksi minyak mencapai puncaknya hingga 1,7 juta barel per hari (Bph), jauh melebihi konsumsi domestik saat itu yang hanya sekitar 500 ribu Bph.
Namun, sejak tahun 2003, Indonesia berubah menjadi pengimpor minyak dan pada 2004 dikategorikan sebagai negara net oil importer karena produksi lebih kecil dari konsumsi. Program peningkatan produksi minyak menjadi 1 juta Bph telah diinisiasi sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tetapi produksi terus menurun karena cadangan di lapangan minyak besar semakin menipis dan minimnya pengembangan lapangan baru.
Fakta saat ini:
- Konsumsi BBM domestik mencapai 1,42 juta Bph.
- Jumlah impor minyak mentah dan BBM mencapai 826,16 ribu Bph, dengan rasio impor sebesar 58,17 persen.
- Diversifikasi energi, terutama melalui biosolar, cukup membantu. Produksi biosolar meningkat dari 1,01 juta kiloliter (KL) pada 2013 menjadi 12,67 juta KL pada 2023.
Namun demikian, impor minyak dan BBM masih signifikan. Untuk mengurangi ketergantungan ini, diversifikasi energi harus terus diperkuat.
Gas Bumi: Peluang dan Tantangan
Gas bumi berpotensi menjadi jembatan menuju era rendah karbon. Indonesia masih memiliki cadangan gas sekitar 35,3 TSCF. Penggunaan gas yang masif dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, seperti BBM di sektor transportasi dan batu bara di sektor pembangkit listrik.
Namun, eksplorasi gas di laut dalam dan wilayah timur menghadapi tantangan besar, mulai dari biaya, teknologi, hingga infrastruktur yang minim.
Saat ini, Indonesia masih mandiri gas bumi dalam jangka pendek, tetapi diperkirakan akan mengalami defisit signifikan pasca-2024 karena permintaan terus meningkat sementara pasokan domestik stagnan. Risiko geopolitik terkait impor LNG juga menjadi tantangan besar.
Listrik: Ukuran Kesejahteraan Bangsa
Menurut UNDP, konsumsi listrik per kapita sebesar 4.000 kWh/tahun menjadi indikator kesejahteraan setara dengan Human Development Index (HDI) antara 0,8 – 0,9. Sebagai perbandingan, HDI beberapa negara pada tahun 2022 adalah:
- Jepang: 0,92
- Amerika Serikat: 0,927
- Indonesia: 0,713
Saat ini, konsumsi listrik per kapita Indonesia sekitar 1.400 kWh, jauh di bawah ambang batas kesejahteraan. Dengan pertumbuhan konsumsi rata-rata 32,65 kWh/tahun, dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 229 GW hingga 2045 untuk mencapai konsumsi per kapita 4.000 kWh.
Namun, tantangan ini semakin berat jika pembangkit baru harus menggunakan sumber energi bersih, murah, dan andal. Bahkan, Indonesia sudah mulai mengimpor listrik dari Malaysia untuk Kalimantan Barat, menunjukkan ketergantungan pada sumber luar negeri.
Kesimpulan: Apakah Indonesia Mandiri Energi?
Berdasarkan fakta di atas, Indonesia belum mandiri energi, baik untuk minyak mentah, BBM, gas bumi, maupun listrik.
Namun, penting untuk dicatat bahwa negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, meskipun miskin SDE, dapat dikatakan mandiri energi karena memiliki infrastruktur, teknologi, dan neraca perdagangan yang surplus.
Tantangan terbesar Indonesia:
Mengelola sumber daya energi yang melimpah menjadi energi bersih, andal, dan murah untuk masa depan bangsa. Dengan langkah tepat, Indonesia dapat membangun kemandirian energi yang sejati, tidak hanya sebagai slogan, tetapi sebagai realitas.
Artikel ini ditulis oleh:
Areng Permana