Jakarta, bincang.id — Kelompok hacker pro-Israel bernama Predatory Sparrow atau Gonjeshke Darande kembali beraksi dengan menyasar dua sektor vital Iran: keuangan dan kripto. Mereka mengklaim bertanggung jawab atas peretasan Bank Sepah dan platform kripto Nobitex, dua lembaga finansial besar di Iran.
Bank Sepah adalah bank negara sekaligus tertua di Iran yang berdiri sejak 1925, dan disebut digunakan oleh Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk mendanai aktivitas proksi rezim.
“Rezim Iran memanfaatkan bursa kripto untuk melanggar sanksi dan mendanai teror,” klaim kelompok Predatory Sparrow dalam pernyataannya, Kamis (19/6/2025).
Peretasan terhadap Bank Sepah berdampak luas, termasuk gangguan layanan di banyak stasiun pengisian bahan bakar yang mengandalkan sistem transaksi dari bank tersebut.
Tak hanya itu, Nobitex — bursa kripto terbesar di Iran — juga mengalami peretasan yang mengakibatkan kerugian sekitar USD 81 juta atau setara Rp1,3 triliun. Nobitex mengonfirmasi adanya “akses tanpa izin” di infrastruktur pelaporan dan hot wallet kripto mereka.
Meski begitu, Nobitex memastikan bahwa aset pengguna tetap aman karena disimpan di cold storage. Nobitex juga menjanjikan kompensasi jika ada pengguna yang terdampak.
“Kami akan memberikan kompensasi menggunakan asuransi dan sumber daya internal,” demikian pernyataan resmi Nobitex.
Kelompok peretas tersebut mengancam akan membocorkan source code dan data internal Nobitex dalam waktu 24 jam.
Iran selama ini dikenal memanfaatkan kripto untuk menghindari sanksi ekonomi internasional. Namun insiden ini memperlihatkan bahwa sistem digital Iran belum kebal terhadap serangan siber berbasis geopolitik.
Artikel ini ditulis oleh:
Abdul Jalil