Jakarta, bincang.id – Indonesia semakin serius dalam mempertimbangkan energi nuklir sebagai bagian dari solusi diversifikasi sumber energi nasional. Hal ini dibuktikan dengan diselenggarakannya seminar bertajuk “Indonesia Goes Nuclear: Technology Preparation and Human Resources Development” yang berlangsung di Jakarta, 1 September 2024.
Acara ini dihadiri oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, serta sejumlah perwakilan dari industri nuklir global, termasuk Rosatom, perusahaan energi nuklir milik negara Rusia.
Seminar ini dibuka oleh Direktur Manajemen Risiko PLN, Suroso Isnandar, dan dihadiri oleh akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dewan Energi Nasional, serta Lembaga Kajian Nawacita.
Dalam pertemuan ini, para peserta membahas persiapan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) guna mendukung potensi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Rusia dan Peran Rosatom dalam Industri Nuklir Global
Dalam seminar tersebut, Duta Besar Rusia Sergei Tolchenov menyoroti dominasi Rosatom di industri nuklir dunia. “Rusia, khususnya Rosatom, adalah salah satu pemain utama di pasar energi nuklir global.
Saat ini, pangsa pasar Rosatom mencapai sekitar 80% dari proyek pembangunan reaktor nuklir komersial baru. Kami tengah membangun 22 reaktor di tujuh negara, termasuk China, India, Hungaria, Turki, Mesir, dan Bangladesh,” ujarnya.
Rosatom sendiri merupakan perusahaan yang bertanggung jawab atas pengembangan, produksi, dan pengelolaan teknologi nuklir di Rusia maupun di luar negeri. Didirikan pada tahun 2007, Rosatom mengawasi seluruh sektor nuklir Rusia, termasuk PLTN, produksi bahan bakar nuklir, serta penelitian dan pengembangan teknologi nuklir.
Nuklir sebagai Opsi Masa Depan Indonesia
Seiring meningkatnya kebutuhan energi nasional, berbagai opsi mulai dipertimbangkan untuk memastikan ketahanan energi Indonesia. Pengamat geopolitik Areng Permana menegaskan bahwa nuklir tidak bisa lagi diabaikan dalam strategi energi Indonesia.
“Meningkatkan kapasitas energi nasional sebaiknya membuka berbagai opsi, termasuk energi nuklir. Kebutuhan energi kita yang terus bertumbuh harus diimbangi dengan diversifikasi sumber energi,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa Rosatom memiliki rekam jejak yang kuat dalam pengembangan energi nuklir dan Rusia merupakan mitra strategis Indonesia sejak lama. “Menjadi negara nuklir adalah masa depan yang tidak bisa ditunda lagi bagi Indonesia,” tambahnya.
Komitmen Rosatom terhadap Teknologi Nuklir yang Aman dan Berkelanjutan
Rosatom terus berinovasi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang lebih ramah lingkungan dan aman. Beberapa teknologi terbaru yang sedang dikembangkan mencakup reaktor cepat dan reaktor modular yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan tenaga nuklir.
Selain sektor energi, Rosatom juga aktif dalam riset ilmiah yang mencakup aplikasi teknologi nuklir di bidang kedokteran, penelitian material, dan eksplorasi ruang angkasa. Dengan lebih dari 300 perusahaan dan organisasi di bawah naungannya, Rosatom berambisi memperkuat posisi Rusia sebagai pemimpin dalam teknologi nuklir global.
Indonesia Menuju Era Nuklir?
Langkah Indonesia dalam menjajaki energi nuklir masih berada pada tahap awal, tetapi seminar ini menegaskan keseriusan pemerintah dan berbagai pihak dalam membahas opsi ini. Dengan dukungan teknologi dan pengalaman dari mitra internasional seperti Rosatom, Indonesia semakin dekat menuju realisasi pemanfaatan energi nuklir sebagai bagian dari strategi ketahanan energi nasional.
Namun, masih banyak aspek yang perlu diperhatikan, seperti regulasi, kesiapan SDM, serta penerimaan masyarakat terhadap energi nuklir. Oleh karena itu, diskusi dan kajian lebih lanjut menjadi langkah penting sebelum Indonesia benar-benar memasuki era nuklir.
Bincang Publik terhadap Rencana Energi Nuklir
Wacana pengembangan energi nuklir di Indonesia mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Sebagian kalangan mendukung langkah ini sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
“Jika dilakukan dengan standar keselamatan tinggi, energi nuklir bisa menjadi solusi bagi kebutuhan energi masa depan Indonesia,” ujar Deni, seorang mahasiswa teknik nuklir di Yogyakarta.
Namun, ada pula yang masih skeptis terhadap penerapan nuklir di Indonesia, terutama terkait isu keselamatan dan limbah radioaktif.
“Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam hal regulasi dan pengawasan. Jangan sampai kita terburu-buru tanpa kesiapan yang matang,” kata Anita, seorang aktivis lingkungan di Jakarta.
Sebagai langkah ke depan, pemerintah perlu lebih transparan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan risiko energi nuklir. Dengan diskusi terbuka dan keterlibatan publik, diharapkan kebijakan energi nuklir di Indonesia dapat diimplementasikan secara bijak dan berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh:
Areng Permana