Jakarta, bincang.id — Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memuncak setelah kedua negara meluncurkan serangan balasan yang mematikan pada Minggu (15/6/2025). Serangan ini menewaskan puluhan warga sipil dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Dilansir Reuters, rudal Iran menghantam pemukiman warga Israel, menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk anak-anak. Tim penyelamat menyisir reruntuhan bangunan dengan anjing pelacak dan alat berat untuk mencari korban selamat. Sirene serangan udara berbunyi di seluruh negeri, sementara ledakan mengguncang Tel Aviv pada sore hari.
Sementara itu di Iran, langit malam Teheran dipenuhi cahaya api dari ledakan besar di depot bahan bakar. Israel diketahui menyerang sektor minyak dan gas Iran, meningkatkan ketegangan geopolitik sekaligus risiko terhadap perekonomian global.
Iran melaporkan 78 orang tewas pada Jumat dan puluhan lainnya menyusul, termasuk 60 korban jiwa dalam satu serangan pada Sabtu yang menghancurkan gedung apartemen 14 lantai di Teheran. Separuh dari korban adalah anak-anak.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa konflik ini sebenarnya bisa “diakhiri dengan mudah”, namun ia memperingatkan Iran untuk tidak menyerang sasaran Amerika.
“Jika kita diserang dalam bentuk apa pun oleh Iran, kekuatan penuh militer AS akan menghantam kalian pada level yang belum pernah terlihat sebelumnya,” ujar Trump di platform Truth Social.
Trump juga dilaporkan telah memveto rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
“Apakah Iran sudah membunuh warga Amerika? Belum. Sampai itu terjadi, kita bahkan belum membahas soal menyerang pemimpin politik mereka,” ujar seorang pejabat senior pemerintahan AS kepada Reuters.
Israel meluncurkan serangan besar bertajuk Operation Rising Lion sejak Jumat, menghancurkan markas militer Iran dan fasilitas nuklirnya. Israel mengatakan akan terus meningkatkan intensitas serangan.
PM Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa operasi ini bertujuan menghancurkan program nuklir dan rudal balistik Iran, bukan menggulingkan rezim. Namun, ia juga mengatakan:
“Iran akan membayar mahal atas pembunuhan warga sipil, perempuan, dan anak-anak.”
Dalam kunjungannya ke Bat Yam, Netanyahu berbicara dari balkon bangunan yang hancur akibat serangan.
Di sisi lain, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan balasan Iran akan makin tegas jika serangan Israel terus berlanjut.
“Tanggapan kami akan semakin tegas dan keras jika tindakan permusuhan Israel berlanjut,” katanya.
Sementara itu, ketegangan ini memicu kepanikan di pasar energi global. Harga minyak melonjak 9% pada Jumat, bahkan sebelum fasilitas energi Iran diserang. Para pelaku pasar menanti pembukaan perdagangan Senin ini dengan waspada.
Sejauh ini, Israel telah menghantam depot minyak di Teheran dan ladang gas South Fars, tetapi belum menyasar ekspor minyak Iran. Di tengah kekhawatiran akan gangguan pasokan, pembeli minyak telah mengamankan kontrak jangka panjang, namun volatilitas harga tetap tinggi.
Iran pun menyerukan warganya untuk berlindung di masjid, sekolah, dan stasiun bawah tanah. Pemerintah menyatakan situasi di depot minyak Shahran telah terkendali.
Dengan eskalasi yang belum menunjukkan tanda mereda, dunia mengawasi dengan cemas apakah dua musuh bebuyutan ini akan menyeret kawasan—dan mungkin dunia—ke dalam konflik berskala lebih besar.
Artikel ini ditulis oleh:
Abdul Jalil