Jakarta, bincang.id — Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga ketahanan energi nasional dari Sabang hingga Merauke. Salah satu wujud nyata komitmen tersebut diwujudkan melalui pengoperasian Kilang Kasim yang menjadi andalan pasokan energi untuk kawasan timur Indonesia. (14/10)
“Kilang Kasim berlokasi di Provinsi Papua Barat Daya. Kilang ini memiliki fungsi yang strategis dalam memberikan rasa keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia terkait penyediaan energi,” ujar Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani.
Kilang yang dibangun sejak 1995 dan mulai beroperasi pada Juli 1997 ini menjadi simbol pemerataan energi nasional. “Keberadaan Kilang Kasim merupakan salah satu ujud kiprah Pertamina memberi energi bagi seluruh wilayah Indonesia, dari wilayah barat hingga ke wilayah Timur Indonesia,” tambah Milla.
Dengan kapasitas pengolahan mencapai 10 ribu barrel per hari, Kilang Kasim memproduksi bahan bakar utama seperti Pertalite dan Biosolar B40 yang digunakan dalam aktivitas masyarakat sehari-hari.
“Sebelumnya kebutuhan BBM di beberapa wilayah di Papua dipasok dari Kilang Balikpapan. Dengan beroperasinya Kilang Kasim maka kebutuhan BBM di khususnya Papua dan Maluku dapat dipasok dari kilang ini,” jelas Milla.
Selain memperkuat rantai pasokan energi nasional, keberadaan Kilang Kasim juga menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Keunikan kilang ini pun tak lepas dari lokasinya yang berada di daerah terpencil.
“Karena keberadaanya di remote area, Kilang Kasim menjadi satu-satunya kilang yang menerapkan pola kerja on off,” kata Milla. Meski demikian, lebih dari setengah tenaga kerja organik di kilang ini merupakan putra daerah Papua, yang turut berkontribusi dalam operasional kilang.
“Kehadiran Kilang Kasim tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, namun juga menjadi tanda kehadiran negara dalam menghadirkan energi bagi semua masyarakat. Selain itu, Kilang Kasim turut memberikan dampak positif untuk membuka lapangan kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Timur Indonesia,” tutup Milla.
Artikel ini ditulis oleh:
Jimmy Julian