Jakarta, bincang.id – Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan energi nasional melalui peningkatan kapasitas produksi dan efisiensi operasional di berbagai kilang strategis di Indonesia. Upaya ini menjadi bagian dari langkah berkelanjutan Pertamina untuk memastikan ketersediaan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. (7/10)
“Tantangan kebutuhan energi semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, Pertamina juga berupaya untuk meningkatkan kemampuan produksinya dengan berbagai strategi,” kata Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani.
Menurut Milla, dalam kurun waktu 2019 hingga 2024, Pertamina bersama KPI telah menuntaskan 11 proyek strategis kilang yang tersebar di lima lokasi utama, yakni Cilacap, Balongan, Balikpapan, Dumai, dan Tuban (TPPI).
“Proyek-proyek ini merupakan langkah KPI yang telah direncanakan dan terus dilaksanakan untuk menjawab tantangan di industri migas nasional. KPI harus mampu menghadirkan produk BBM untuk masyarakat dengan meningkatkan kapasitas produksi, melakukan efisiensi operasional, dan transisi menuju energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Cilacap: Awal Transformasi Energi Bersih
Rangkaian proyek dimulai dari Kilang Cilacap, yang pada Agustus 2019 menuntaskan proyek Blue Sky Cilacap. Inisiatif ini meningkatkan produksi Gasoline RON 92 dari 23 ribu barel per hari menjadi 53 ribu barel per hari, sekaligus menaikkan standar kualitas BBM dari setara Euro 2 menjadi Euro 5.
Pada Februari 2022, KPI melanjutkan dengan Green Refinery Cilacap Phase 1, tonggak penting dalam pengolahan bahan bakar berbasis minyak nabati. Proyek ini menghasilkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dengan kapasitas 3 ribu barel per hari, serta Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan teknologi co-processing sebesar 9 ribu barel per hari.
“Green Refinery Cilacap menjadi langkah penting KPI dalam menjawab tantangan transisi energi. Dari unit ini, KPI mampu memproduksi gasoil yang 100% dari nabati yang dikenal dari Pertamina RD. Selain itu, dari unit ini juga mampu menghasilkan bahan bakar pesawat masa depan PertaminaSAF,” jelas Milla.
Balongan: Dorong Efisiensi dan Dekarbonisasi
Kilang Balongan yang menjadi penopang kebutuhan energi Ibu Kota juga mengalami pengembangan signifikan. Pada Mei 2022, dua proyek besar resmi beroperasi: Ultra Low Sulfur Diesel (ULSD) dengan kapasitas 15 ribu barel per hari dan kualitas sulfur maksimal 10 ppm, serta Revitalisasi Residual Catalytic Cracking (RCC) yang meningkatkan kapasitas produksi dari 63 ribu menjadi 83 ribu barel per hari.
Pada Juni 2022, KPI juga berhasil menaikkan kapasitas pengolahan minyak mentah di kilang tersebut dari 125 ribu menjadi 150 ribu barel per hari.
“Langkah penting lain di Kilang Balongan yaitu meningkatkan efisiensi operasionalnya melalui pemakaian gas alam. Selain untuk efisiensi operasional, program pemakaian gas alam ini selaras dengan program dekarbonisasi,” ujar Milla.
Dumai dan Tuban: Perkuat Produksi dan Petrokimia
Di Sumatera, proyek Platformer 1 Kilang Dumai resmi beroperasi pada Desember 2022. Proyek ini meningkatkan kapasitas unit Platformer menjadi 14 ribu barel per hari dan menaikkan kualitas produk dari RON 92 menjadi RON 95.
Sementara di Tuban, dua proyek strategis di bawah Kilang TPPI yakni Revamp OSBL dan Revamp ISBL, telah beroperasi sejak Februari 2024. Proyek tersebut menjadi bagian dari pengembangan Revamping Aromatik, yang meningkatkan produksi petrokimia seperti paraxylene dan benzene.
Balikpapan: Proyek Strategis Nasional
Di Kalimantan, KPI juga menyelesaikan tiga proyek besar yang menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional RDMP Balikpapan, yakni Pipa Senipah–Balikpapan (Desember 2023), revamp CDU Balikpapan (Juli 2024), dan Central Crude Oil Terminal (CCOT) Lawe-Lawe (Desember 2024).
Proyek RDMP Balikpapan bertujuan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu menjadi 360 ribu barel per hari, sekaligus menaikkan standar produk dari Euro 2 ke Euro 5.
Milla menjelaskan, Pipa Senipah–Balikpapan dibangun untuk menyalurkan energi bersih sejauh 78 kilometer dengan kapasitas 125 MMSCFD, sementara dua tangki baru di Lawe-Lawe menambah kapasitas penyimpanan minyak mentah untuk mendukung operasional kilang.
Secara keseluruhan, 11 proyek strategis ini meningkatkan kapasitas pengolahan hingga 125 ribu barel per hari, menambah produksi BBM 3,5 juta kiloliter per tahun, menghasilkan 174 ribu kiloliter biofuel HVO dan SAF, serta menambah produksi petrokimia 180 ribu ton per tahun.
“11 proyek strategis sejak 2019 hingga 2024 tersebut, bukan sekadar pembangunan infrastruktur energi, tetapi juga investasi strategis dalam masa depan ekonomi Indonesia. Multiplier effect yang dihasilkan menunjukkan bahwa proyek ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Milla.
Langkah Selanjutnya: RFCC Terbesar di Indonesia
KPI menargetkan pada triwulan IV tahun 2025 akan mengoperasikan unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) terbesar di Indonesia, sebagai lompatan baru dalam kemampuan produksi BBM nasional.
“Pada TW IV 2025 ini, KPI akan mengoperasikan unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) terbesar di Indonesia. Sebelumnya, KPI sudah mengoperasikan 2 unit sejenis di Kilang Balongan dan Kilang Cilacap. Ini akan menjadi satu lompatan kemampuan KPI dalam menghasilkan produk BBM tidak hanya secara kuantitas tetapi kualitas yang jauh lebih baik,” kata Milla.
Proyek RDMP Balikpapan juga berdampak signifikan bagi ekonomi nasional dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 24 ribu orang, peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 35%, serta kontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp514 triliun.
“Program-program peningkatan kapasitas yang sudah maupun sedang dilakukan KPI tentunya berhasil karena adanya dukungan pemangku kepentingan. KPI butuh dukungan seluruh pemangku kepentingan,” tutup Milla.
Artikel ini ditulis oleh:
Jimmy Julian