Mendag Pastikan Impor Tambahan dari AS Tak Ganggu Swasembada Pangan

Pemerintah merencanakan penambahan impor dari AS senilai 18–19 miliar dolar AS. Langkah ini menjadi bagian dari strategi negosiasi timbal balik (reciprocal) dalam hubungan dagang dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump, guna menghindari potensi hambatan tarif yang bisa berdampak pada ekspor Indonesia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam ekspose temuan pabrik Minyakita di Karawang

Jakarta, bincang.id — Menteri Perdagangan Budi Santoso memastikan bahwa rencana pemerintah untuk menambah impor sejumlah komoditas pangan dari Amerika Serikat (AS) tidak akan mengganggu program swasembada pangan nasional. Menurutnya, jenis produk yang akan diimpor berbeda dari komoditas strategis dalam negeri.

“Enggak ganggu swasembada, sama sekali nggak ada, produknya juga berbeda,” ujar Mendag Budi di Pelataran Sarinah, Jakarta, Minggu (20/4).

Langkah ini merupakan bagian dari strategi negosiasi dagang Indonesia dengan Amerika Serikat. Pemerintah tengah menjajaki peningkatan impor produk-produk pertanian seperti gandum, kacang kedelai, dan susu kedelai, yang selama ini memang bukan bagian dari target swasembada nasional.

Menteri Budi menegaskan bahwa semua langkah telah dirancang dengan strategi yang matang, meski belum bisa menyampaikan secara rinci daftar komoditas yang akan diimpor.

“Kalau dari kita sudah mempersiapkan. Saya belum ngomong dulu ya, tapi kami sudah siapkan semua, termasuk strateginya seperti apa,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa proses negosiasi saat ini masih berlangsung dan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. “Kita tunggu saja. Kemarin beliau (Airlangga) sampaikan dua bulan harus selesai. Jadi kita tunggu hasilnya,” ujar Budi.

Senada dengan Mendag, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya juga telah menyatakan bahwa peningkatan impor dari AS tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional. Komoditas yang akan dibeli, seperti gandum dan kedelai, selama ini memang menjadi bagian dari daftar rutin impor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik.

Pemerintah merencanakan penambahan impor dari AS senilai 18–19 miliar dolar AS. Langkah ini menjadi bagian dari strategi negosiasi timbal balik (reciprocal) dalam hubungan dagang dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump, guna menghindari potensi hambatan tarif yang bisa berdampak pada ekspor Indonesia.

“Barang-barang yang dibeli memang dibutuhkan dalam negeri dan tidak akan ganggu produksi lokal,” kata Airlangga.

Artikel ini ditulis oleh:
Abdulloh Hilmi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *